SOLOPOS.COM - Peserta didik diajak belajar Bahasa Indonesia dengan permainan di luar kelas. (Kemendikbud.go.id)

Solopos.com, KLATEN — Seorang guru penggerak dari SDIT Hidayah Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menerapkan pembelajaran yang menyenangkan di luar kelas untuk peserta didik.

“Dalam pembelajaran, saya menerapkan apa yang didapatkan di program Pendidikan Guru Penggerak. Di mana pendidikan itu harus berpusat pada murid,” katanya seperti dikutip dari kemdikbud.go.id.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Materi tersebut mengenai pembelajaran berdiferensiasi dan pemetaan aset di sekolah. Kedua materi ini membuat Wijayanto percaya diri menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan.

“Dengan pembelajaran berdiferensiasi, kita bisa mengoptimalkan potensi peserta didik yang dimiliki. Kemudian dengan aset yang dimiliki sekolah, bisa mengambangkan pembelajaran yang lebih inovatif dan berdampak pada murid,” ujarnya.

Sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Wijayanto mengajak siswanya mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan metode yang menyenangkan.

Baca juga: Green Movement dan Sekolah Alam Surya Mentari

Yakni, setelah materi diajarkan kepada siswa SDIT di dalam kelas, selanjutnya peserta didik diajak belajar di luar kelas mengaplikasikan materi yang diajarkannya melalui permainan.

“Setelah murid mengetahui pengertian dan contoh-contohnya, lalu agar lebih paham tentang kata sinonim dan antonim, maka dikemas dengan bermain,” tutur Wijayanto.

Siswa kelas 6 SDIT Hidayah yang diajak bermain dan belajar lapangan. Wijayanto membaginya dalam dua kelompok kartu, yaitu kelompok kartu berwarna kuning dan kelompok kartu berwarna merah.

Pada kartu berwarna kuning, tertulis kata-kata yang bisa dipasangkan sebagai sinonim. Kemudian pada setiap kartu berwarna merah tercantum kata-kata yang bisa dipasangkan sebagai antonim.

Baca juga: Surat untuk Bunda Selvi Ananda: Aku Suka Baca Novel dan Gambar Anime

Kedua kelompok itu kemudian berlomba untuk bersama-sama menyusun kata-kata sinonim dan antonim. Setelah itu peserta didik diminta untuk memasangkan kartu secara mandiri.

Hal tersebut, menurut Wijayanto untuk lebih menguatkan pemahaman siswa dan melihat apakah ada siswa yang belum mengerti materinya.

“Jadi kita juga bisa mengecek mana siswa yang sudah paham dan yang belum. Dengan demikian anak-anak akan lebih mudah paham dan gembira. Karena jika dikemas dengan bermain akan lebih berkesan,” jelasnya.

Baca juga: Keren! Umbul Pelem Klaten Bayar Iuran BPJS Warga dan Gaji Guru Honorer

Salah satu siswa, Faiq Abyan Hilmi mengatakan pembelajaran lebih seru dan menyenangkan. “Jadi kita lihat kartunya, terus mengurutkan kartu berdasarkan lawan kata dan persamaan kata,” tuturnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh kawannya, Luthfiana Janitra Mardiyana. “Pak Wijayanto tidak pernah marah jadi saya mudah memahami materinya. Belajar di luar kelas lebih menyenangkan,” tuturnya.

Wijayanto mengatakan, sebagai seorang pendidik, guru hanya menuntun dan mengarahkan peserta didik, agar mereka bisa mengembangkan potensinya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya