SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Seperti kita ketahui bersama bahwa Merdeka Belajar yang diimplementasikan di Indonesia saat ini merupakan konsep pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kompetensi siswa.

Hal ini diupayakan melalui pembelajaran yang berbasis keterampilan (skill-based learning) dan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk dapat terhubung dengan dunia kerja dan masyarakat serta dapat mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja yang andal dan kompeten.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Namun berjalannya sistem pendidikan yang dinamis dalam pengembangan dan implementasinya senantiasa tak luput dari permasalahan. Masalah yang dihadapi saat ini terkait generasi muda yang sangat adaptif dengan kemajuan teknologi akan tetapi kurang mengenal potensi lokal dan budaya bangsa sendiri.

Para remaja dari kalangan generasi Z merupakan digital natives yang sangat akrab dengan teknologi. Mereka memiliki akses pengetahuan dan kecenderungan meniru budaya dari luar negeri lebih cepat dibanding budayanya sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2018 menunjukkan sebanyak 60% siswa SMA di Indonesia tidak mengenal tarian daerah atau kesenian tradisional dari daerah mereka.

Beberapa penyebabnya antara lain minimnya kurikulum pendidikan yang menekankan pada pengenalan dan pengembangan budaya lokal di sekolah. Sebagai hasilnya, siswa tidak mendapatkan pemahaman yang memadai tentang budaya lokal mereka.

Pengaruh globalisasi yang semakin kuat, termasuk media sosial juga memengaruhi minat dan gaya hidup siswa, serta membuat mereka lebih tertarik pada budaya populer luar negeri.

Distorsi persepsi terhadap budaya bangsa berpotensi membahayakan karena memunculkan stereotipe dan prasangka yang tidak akurat terhadap budaya sendiri. Selain itu para remaja tersebut akan kehilangan rasa bangga terhadap budayanya dan berakibat hilangnya identitas diri sebagai bangsa Indonesia.

Kesenjangan budaya antara generasi muda dan generasi tua dapat berdampak negatif pada harmoni dalam hubungan sosial di masyarakat. Lebih jauh lagi dampak dari itu adalah generasi akan kehilangan warisan budaya sehingga tidak bisa meninggalkan warisan tersebut untuk anak cucu mereka kelak.

Dari segi ekonomi hal ini bahkan memberi dampak buruk yaitu hilangnya peluang untuk mengembangkan industri pariwisata budaya sehingga berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi lokal.

Kurangnya pemahaman tentang nilai dan norma budaya lokal juga dapat memengaruhi perilaku siswa terhadap orang lain dan sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan karakter bahkan degradasi moral.

Masalah tersebut tentu perlu mendapat perhatian serius terutama dari para pendidik untuk lebih sadar akan pentingnya mengenalkan kearifan lokal kepada siswanya. Upaya ini dapat dilakukan melalui proses internalisasi budaya dalam pembelajaran sehingga akan lebih mudah diterima oleh siswa.

SMKN 7 Surakarta merupakan salah satu sekolah pusat keunggulan (Center of Excellence) yang memiliki visi terwujudnya siswa yang beriman dan bertakwa, cerdas, kreatif, berjiwa literat, peduli dan berbudaya lingkungan.

Salah satu kompetensi keahlian yang dimiliki oleh SMKN 7 Surakarta adalah Perhotelan. Mata pelajaran konsentrasi di fase F dalam Kurikulum Merdeka yang dipelajari para siswa pada kompetensi keahlian ini diantaranya adalah Food and Beverages Service (F and B Service).

Siswa yang ingin mengembangkan karier di bidang perhotelan, khususnya di bagian makanan dan minuman tentunya sangat membutuhkan skill di bidang ini. Para siswa dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam hal penyajian beserta pelayanan makanan dan minuman di hotel, restoran, kafe, dan tempat makan lainnya.

Mata pelajaran ini juga mencakup keterampilan komunikasi, kerja sama tim, dan manajemen waktu yang merupakan bagian penting dari pengembangan kecakapan interpersonal siswa.

Praktik pembelajaran F and B Service memberikan kesempatan yang luas kepada para siswa untuk menggali potensi dan kreativitas mereka secara merdeka. Tujuan yang diharapkan adalah tewujudnya visi dan misi Merdeka Belajar.

Salah satu karakteristik dari konsep Merdeka Belajar tersebut adalah pembelajaran kontekstual (contextual learning). Dalam konteks kearifan lokal pada pembelajaran kontekstual siswa berlatih membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berhubungan dengan kearifan lokal di daerahnya.

Pengenalan kearifan lokal dapat diintegrasikan dalam pengembangan kompetensi siswa di berbagai bidang, salah satunya bidang perhotelan. Di bidang tersebut kearifan lokal dapat diaplikasikan dalam pengembangan teknologi dan bisnis, seperti pengembangan produk yang mengangkat kearifan lokal.

SMKN 7 Surakarta telah melakukan praktik baik pembelajaran F and B Service yang diampu oleh guru mapel, Eka Sugiyanti, S.Pd. Pembelajaran kontekstual berbasis proyek dalam mata pelajaran F and B Service dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam penyajian dan pelayanan makanan di hotel.

Integrasi pembelajaran ini dilakukan dengan mengandalkan unsur kearifan lokal kota Solo sebagai materi proyek. Siswa secara berkelompok membuat proyek penyajian makanan yang kental dengan nuansa budaya Solo.

Ciri khas Solo yang ditonjolkan seperti menu yang disajikan, desain interior ruangan, iringan musik, alat penyajian maupun tampilan busana dan aksesori yang dikenakan siswa yang mengandung unsur budaya Solo.

Begitu juga dengan tata krama saat menyajikan makanan kepada tamu terinspirasi dari budaya perilaku masyarakat Solo yang penuh kesopanan. Aneka menu mulai dari appetizer, main course hingga dessert disajikan dengan menampilkan kuliner khas Kota Solo.

Makanan seperti selat solo, pecel atau gudeg dan klepon disajikan dengan tetap menggunakan Standard Operating Procedure (SOP) yang berlaku di hotel khususnya pada departemen F and B Service.



Siswa menampilkan karya proyeknya dengan mengundang para guru sebagai tamu sekaligus penilai hasil proyek mereka.

Pelaksanaan pembelajaran proyek ini diharapkan dapat memperkuat pengalaman belajar siswa, memberikan kesempatan luas kepada mereka untuk mengembangkan berbagai keterampilan.

Keterampilan tersebut antara lain kecakapan dalam mencari informasi, mengembangkan kreativitas, bekerja dalam kelompok, mengomunikasikan ide-ide, dan menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditentukan. Selain itu, proyek ini menuntut siswa untuk menggali unsur kearifan lokal kota Solo sehingga dapat memperkuat rasa kecintaan mereka terhadap warisan budaya lokal.

Hal tersebut tentunya akan menumbuhkan kesadaran mengenai pentingnya melestarikan dan mempromosikan kearifan lokal sebagai bagian dari industri perhotelan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya