SOLOPOS.COM - Suasana di dalam bus Pracimantoro-Wonogiri. (Wartawan Siswa/Maria Klara Widowati)

Solopos.com, WONOGIRI-Seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Kabupaten Wonogiri, Elvaretta Nathania Gunawan, 16, rela melakukan perjalanan Pracimantoro-Wonogiri pulang pergi setiap hari atau melaju demi menuntut ilmu di sekolah impiannya. Walaupun memerlukan waktu dan tenaga ekstra, ia tetap menjalani rutinitasnya semenjak ia menduduki bangku SMP.

Meskipun menempuh jarak lebih dari 70 km setiap harinya, ia tetap bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Ia berkata bahwa itu semua dilakukan demi mendapat kualitas pendidikan yang lebih baik serta fasilitas yang memadai.

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

“Ya, memang, jam 04.00 WIB pagi bangun, jam 04.50 menit otw ke terminal, jam 05.00 WIB sudah harus naik bus biar enggak terlambat,” tuturnya kepada Wartawan Siswa Solopos, Jumat (25/8/2023).

Dikarenakan minimnya waktu yang ia punya, tak jarang ia pun terpaksa mengerjakan beberapa tugas sekolah yang ia dapatkan ketika sudah tiba di sekolah. “Kalau lagi seger atau kondisi memungkinkan, saya ngerjain PR atau belajar di bus,” tuturnya.

Setiap hari melaju Pracimantoro-Wonogiri, sebagai pelajar SMA dia mengaku punya duka salah satunya beberapa kali pernah ketinggalan bus trayek pulang ke rumahnya. Hal ini dikarenakan dia  pulang terlambat dibanding biasanya karena ada tugas kelompok. Jika benar-benar tidak ada bus yang tersisa, Elvaretta Nathania Gunawan mau tidak mau harus menumpang di tempat indekos temannya hingga keesokan hari.

Karena keadaan, ia memang terpaksa menjalani rutinitas pulang-pergi setiap harinya dan memilih untuk tidak menyewa kos yang dekat dengan sekolah. Lalu kenapa tidak naik kendaraan pribadi?

“Naik bus memang capek, tapi kalau saya ngelaju pakai motor setiap hari bakalan lebih capek. Kendaraan pribadi ada, tapi nanti kelelahan. Entah saya berangkat sendiri atau diantar, kalau jarak segitu mendingan saya naik bus, bisa tidur di perjalanan,” ujar pelajar yang akrab disapa Elva ini.

Meski demikian dia tetap bersyukur, dikarenakan selama ini ia tidak mengalami hambatan yang begitu berarti dalam perjalanan yang ia lakukan setiap pagi dan sore hari. Karena sudah terbiasa, ia tak keberatan berjejalan dengan banyak penumpang lainnya setiap hari di bus maupun di terminal.

Sedangkan untuk ongkos yang harus dikeluarkan, dia menuturkan, saat SMP kelas VII Rp4.000, kemudian kelas VIII-IX Rp5.000, dan SMA kelas X adalah Rp6.000 sekali jalan.  “Tapi kalau yang kelas X tergantung sopirnya, kalau dapat sopir grapyak semanak [tarifnya] jadi Rp5.000 doang,” tuturnya.

 

Sejak awal, Elva menyadari konsekuensi yang akan dia terima ketika ia mendaftar di sekolah sebelumnya, yaitu SMP Negeri 1 Wonogiri. Ia menyadari bahwa dia mau tak mau harus menjalani rutinitas seperti itu hingga tamat sekolah nantinya.

“Yang penting saya bisa sekolah di sekolah yang bagus, saya enggak mau ketinggalan. Eman-eman juga saya SMP sudah di Wonogiri, masak saya SMA enggak meneruskan di sini?” Walaupun telah diberlakukan sistem zonasi, ia merasa bahwa kualitas sekolah-sekolah masih belum merata, sehingga ia nekat mendaftar sekolah di SMA Negeri 1 Wonogiri melalui jalur prestasi demi memenuhi cita-citanya.

Pelajar salah satu SMA di Wonogiri ini mengaku tidak keberatan dengan medan yang dilalui oleh busnya saat dia harus pulang pergi Pracimantoro-Wonogiri setiap hari. Hanya ia berharap agar jadwal bus yang berangkat tidak abu-abu dan lebih terjadwal agar memudahkan me-manage waktunya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya