SOLOPOS.COM - Anggota Komisi X DPR Sofyan Tan bersama Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Zulfikri M.Ed pada acara sosialisasi Kurikulum Merdeka di Medan (ANTARA/Juraidi)

Solopos.com, MEDAN – Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) perlu menambah jumlah guru penggerak lebih banyak lagi untuk memaksimalkan implementasi Kurikulum Merdeka. Hal itu karena penerapan Kurikulum Merdeka terkendala sumber daya manusia (SDM) guru.

Anggota Komisi X DPR RI, Sofyan Tan, menilai program Kurikulum Merdeka sudah bagus, namun terkendala pada SDM guru. Cara mengatasinya, menurut Sofyan, adalah Kemendikbudristek memperbanyak jumlah guru penggerak.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Ia mengatakan saat ini hampir 80 persen sekolah di Tanah Air sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Karena, dengan kurikulum tersebut tidak membebani secara administrasi kepada guru, sehingga mereka lebih enjoy dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik. Guru penggerak, menurut Sofyan, adalah sosok yang benar-benar memahami Kurikulum Merdeka, sehingga dengan keilmuannya bisa sebagai narasumber bagi guru-guru dari sekolah lain untuk memaksimalkan Kurikulum Merdeka.

“Artinya, guru penggerak itu harus terus diperbanyak. Itulah yang harus dilakukan Kemendikbudristek. Karena luasnya wilayah Indonesia, juga menjadi salah satu kendala,” katanya, dilansir Antara, Minggu (21/5/2023).

Sofyan mendukung dan mendorong pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk meningkatkan SDM tenaga pendidik. Pembangunan infrastruktur yang sedang dan terus berjalan harus diimbangi dengan pembangunan tenaga pendidik atau guru.

“Karena pembangunan infrastruktur tanpa diimbangi pembangunan gurunya, tidak ada artinya. Jadi, dengan kapasitas saya sebagai anggota Dewan, tetap berupaya menjaga lancarnya Kurikulum Merdeka itu, termasuk bagaimana guru penggerak itu terus bertambah,” katanya.

Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Zulfikri, menyatakan lingkungan sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi peserta didik, sehingga siswa akan merasa nyaman mengikuti proses pembelajaran dan selanjutnya menemukan dunianya di sekolah tersebut.

Zulfikri menuturkan melalui Kurikulum Merdeka diharapkan dapat diwujudkan sebagaimana yang diharapkan Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara.

“Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa pendidikan itu memerdekakan manusia secara lahir dan batin,” katanya..

Kurikulum Merdeka, lanjut Zulfikri, adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Konten lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Demikian juga guru akan memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Kurikulum Merdeka membuat guru diarahkan lebih banyak mengurus muridnya, sehingga lebih fokus dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran dengan prinsip fleksibel, relevan, dan berkeadilan untuk semua siswa.

“Intinya bagaimana kita mendorong sekolah menjadi tempat menyenangkan, membahagiakan, dan membuat anak cinta belajar sepanjang hayatnya. Kita ingin anak-anak merasa sekolah itu bukan kewajiban, tapi sudah menjadi kebutuhan dan mereka mendapatkan dunianya,” kata Zulfikri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya