Sekolah
Selasa, 20 Juni 2023 - 18:16 WIB

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Perlu Masuk Kurikulum Cegah Pernikahan Anak

Newswire  /  Ivan Indrakesuma  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi organ reproduksi wanita. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Pendidikan kesehatan reproduksi sudah saatnya masuk dalam kurikulum pendidikan. Langkah ini penting sebagai salah satu cara mengedukasi orang tua dan anak untuk mencegah terjadinya pernikahan dini atau pernikahan anak.

Pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) diharapkan ada di semua jenjang pendidikan dengan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat usia anak. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mendorong pendidikan kesehatan reproduksi masuk ke dalam kurikulum.

Advertisement

Plt Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kemen PPPA, Rini Handayani, mengatakan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak untuk mencegah terjadinya perkawinan anak. Oleh karena itu, perlu masuk kurikulum.

“Pendidikan kesehatan reproduksi sangat-sangat penting bagi anak. Mengapa terjadi perkawinan anak, karena edukasi kespro yang belum optimal bagi anak kita,” kata Rini Handayani dalam acara bertajuk Peluncuran Laporan Studi Dispensasi Kawin, di Jakarta, Senin (19/6/2023), seperti dilansir Antara.

Saat ini, kata Rini, materi tentang kesehatan reproduksi terdapat dalam mata pelajaran Biologi. Namun tidak ada mata pelajaran yang secara spesifik membahas hal tersebut.

Advertisement

Oleh karena itu, menurut Rini, Kemen PPPA mendorong pendidikan kesehatan reproduksi masuk ke dalam kurikulum pendidikan. Terlebih seorang anak menghabiskan 70 persen waktunya di sekolah.

“Anak itu waktunya ada 30 persen di keluarga, 70 persen di sekolah, maka sekolah ramah anak dengan kurikulum pendidikan yang harus ramah anak terutama pendidikan kespro,” kata Rini.

Lebih lanjut ia menjelaskan pendidikan kesehatan reproduksi diharapkan ada di semua jenjang pendidikan dengan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat usia anak.

Advertisement

“Disesuaikan dengan tingkatan usia anak. Jadi sejak kapan diberikan, melalui tingkatan usia berapa, ya mulai dari usia dini sampai ke tingkat perguruan tinggi,” kata Rini.

Rini mengatakan anak yang sudah teredukasi nantinya dapat membagikan pengetahuan yang dimilikinya kepada teman-teman sebayanya. Beberapa kementerian atau lembaga seperti BKKBN punya Forum Genre. Kemen PPA punya Forum Anak. “Mereka inilah yang menjadi peer education,” kata Rini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif