SOLOPOS.COM - Wasis Solopos Karang Jimbaran Setyatrisila bersama Kurator Repatriasi Bonnie Triyana di Galeri Nasional Jakarta. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO-Pada 2 Desember 2023 lalu, saya berkesempatan mengunjungi pameran Repatriasi Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara yang diselenggarakan Kemendikbudristek bekerja sama dengan Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Acara ini diadakan di Gedung A Galeri Nasional Indonesia di Jakarta sejak tanggal 28 November hingga 10 Desember 2023.

Pameran ini menampilkan ratusan benda bersejarah hasil repatriasi dan koleksi masterpiece Museum Nasional Indonesia. Benda bersejarah adalah saksi biksu peradaban bangsa. Ratusan artefak dan benda bersejarah warisan peradaban Nusantara merupakan kekayaan budaya bangsa indonesia yang sempat hilang akibat praktik kolonialisme pada masa silam.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Terdapat 152 benda-benda bersejarah yang ditampilkan pada pameran ini baik dari hasil proses repatriasi sebelumnya dan telah menjadi koleksi masterpiece Museum Nasional Indonesia seperti koleksi keris Pangeran Diponegoro dan Arca Prajnaparamita serta benda bersejarah seperti koleksi keris Klungkung dan koleksi pusaka Kerajaan Mataram, Lombok. Sayangnya, saya belum diizinkan mengambil foto keris-keris tersebut.

Menurut petugas pameran, dikhawatirkan jika pengunjung mengambil foto terlalu sering maka warna keris yang asli berwarna emas bisa memudar karena terkena cahaya kamera. Namun, saya masih bisa mendokumentasikan arca-arca yang pernah diangkut Belanda dari Candi Singasari Malang. Selanjutnya saya berkeliling melihat benda-benda bersejarah yang dipamerkan, seraya membayangkan kehebatan nenek moyang kita dalam menciptakan karya dengan nilai seni yang menakjubkan.

Informasi dari Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek, sejak 2016 ditawari ribuan koleksi benda bersejarah dari Museum Delf di Belanda untuk dikembalikan ke Indonesia. Akan tetapi, tidak semua benda bersejarah tersebut bisa diterima karena keterbatasan tempat. Pada tahun 2020-2023 ini disepakati proses repatriasi yang terdapat 472 yang dibawa kembali ke Indonesia.

Menurut Dirjen Kebudayaan  Hilmar Farid dalam acara podcast AFU (23 Juli 2023) bahwa benda-benda yang masuk dalam repatriasi merupakan benda-benda sejarah yang diperoleh secara tidak sah atau penjarahan dan bagi bangsa Indonesia mempunyai nilai historis, kultural, serta bermanfaat untuk keilmuan. Secara fisik yang menarik perhatian selama ini adalah pengembalian empat arca dari Candi Kerajaan Singasari, yaitu Mahakala, Nandisvara, Durga Mahisasuramardini, dan Ganesa.

Salain itu ada satu keris Klungkung, 132 benda seni Pita Maha Bali, dan 335 harta karun hasil jarahan ekspedisi Lombok 1894. Dari ke empat arca hanya 1 arca yang belum dikembalikan yakni Bhaikrava Cakra-cakra. Benda-benda tersebut rentang abad ke-18–19 dibawa ke Leiden pada masa penjajahan Belanda. Setelah ratusan tahun benda-benda tersebut berada di negeri kincir angin, namun kini masyarakat Indonesia bisa kembali menyaksikan langsung dengan kasat mata.

Beruntung pada pameran Repatriasi di Galeri Nasional, saya diberi kesempatan VIP bertemu langsung kurator acara tersebut sekaligus anggota tim repatriasi, yakni Bonnie Triyana. Mas Bonnie, demikian sapaan akrabnya, seorang sejarawan terkenal juga sebagai perancang Museum Multatuli di Rangkasbitung, Provinsi Banten.

Menurut Mas Bonnie dengan dipulangkannya benda-benda cagar budaya dari luar negeri khususnya dari Belanda ke Indonesia, banyak masyarakat  khawatir benda-benda tersebut tidak terawat, sama seperti yang saya pikirkan. Berbeda bila sebelumnya saat masih tersimpan di museum di Belanda. Kekhawatiran dan kecemasan ini wajar tapi juga harus diimbangi dengan semacam perbaikan, motivasi untuk merawat cagar budaya milik bangsa Indonesia dan juga semangat mempelajari benda-benda ini sehingga bisa memproduksi pengetahuan baru yang berguna bagi bangsa Indonesia khususnya generasi muda.

Terbukti arca Prajnaparamita yang sudah berada di Museum Nasional Jakarta sejak 45 tahun yang lalu hingga saat ini masih dalam keadaan bagus, begitu juga Pelana Kuda dan Tombak Kiai Rondhan milik Pangeran Diponegoro yang dikembalikan tahun 1970-an, hingga saat ini masih terawat dengan baik. Artinya kemampuan Indonesia sebagai bangsa yang memiliki peninggalan sejarah dalam menangani cagar budaya yang dipulangkan dari Belanda tidak perlu diragukan.

Bahkan kondisi ini bisa mendorong lahirnya penelitian-penelitian baru dan juga melahirkan generasi-generasi muda baru dengan kemampuan yang piawai dalam memproduksi ilmu pengetahuan. Kata-kata Mas Bonnie seperti membangkitkan semangat saya agar ke depannya bisa meneliti peninggalan cagar budaya Indonesia. jadi sebagai generasi muda, saya tidak lagi perlu khawatir dan ragu dengan kekuatan bangsa sendiri. Dan saya semakin bangga menjadi generasi muda Indonesia, karena untuk mempertahankan suatu bangsa, dibutuhkan generasi muda yang mau mencintai dan menjaga warisan budaya leluhurnya.

 

banner jimbaran

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya