SOLOPOS.COM - Potret Gapura Masjid Agung Keraton Solo. (Wasis Solopos/Radin Arundati Rasendriya Priartono)

Solopos.com, SOLO-Sewu kutho uwis tak liwati, sewu ati tak taktakoni… Eitss malah nyanyi lagunya Didi Kempot. Setiap mendengar lagu ini, ada enggak kerinduan Sobat Gaul Solopos untuk main ke Kota Solo dan salah satunya mengunjungi Pasar Malam Sekaten di Alun-alun Utara?

Kota Solo adalah kota yang selalu indah dengan kenangannya dan menyuguhkan banyak hal menarik mulai dari budaya hingga kuliner. Salah satu perayaan yang paling dinantikan yaitu Pasar Malam Sekaten yang diselenggaran di Alun-alun sebelah utara Keraton Kasunan Surakarta. Banyak hiburan yang disuguhkan seperti konser musik dangdut, segala macam wahana permainan, mainan tradisional, hingga banyaknya pilihan kuliner di setiap sudut alun-alun. Pasar malam ini dibuka selama sebulan hingga 8 Oktober 2023.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Pasar Malam Sekaten merupakan sebuah tradisi tahunan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Melalui Sekaten, kita dapat melihat bagaimana proses sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Saat berkunjung di Pasar Malam ini, terdengar samar-samar suara gamelan dari jauh yang ternyata suara itu berasal dari Masjid Agung Solo. Di Masjid Agung inilah tempat gamelan dibunyikan yang dahulu dijadikan sebagai media utama untuk menyebarkan agama Islam.

Mengapa menggunakan gamelan?

Gamelan di kawasan Masjid Agung dibunyikan saat Sekaten. (Wasis Solopos/Radin Arundati Rasendriya Priartono)

Sunan Kalijaga tokoh agama yang sangat dihormati adalah pionir di balik kelahiran tradisi Pasar Malam Sekaten. Awalnya, tradisi  ini dilaksanakan oleh para raja untuk ritual menjaga keselamatan kerajaan. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi Sekaten mengalami perubahan signifikan. Yups, tradisi ini digunakan untuk menyebarkan agama Islam. Pada waktu itu, masyarakat Jawa sangat mencintai gamelan. Maka, dengan adanya pendekatan masyarakat Wali Songo berhasil menyebarkan agama Islam dengan irama gamelan yang memukau saat melantunkan selawat.

Suasana pengunjung yang sedang melihat gamelan ditabuh. (Wasis Solopos/Radin Arundati Rasendriya Priartono)

Di dalam kawasan masjid, kalian bisa melihat di kanan dan kiri setelah pintu masuk terdapat tempat seperangkat gamelan dimainkan oleh abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta. Ada dua gamelan yang diberi sebutan Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari. Kiai Guntur Madu melambangkan syahadat tauhid, yang diletakkan di Pagongan bagian selatan sedangkan gamelan Kiai Guntur Sari yang melambangkan Syahadat Rasul diletakkan di pagongan bagian Utara. Pagongan memiliki sebutan lain yakni bangsal pradangga atau bangsal Sekati.

Jajanan legendaris yaitu endhog kamal dan kinang yang bisa ditemukan di Pasar Malam Sekaten. (Wasis Solopos/Radin Arundati Rasendriya Priartono)

Selain bisa menikmati gamelan, pengunjung Pasar Malam Sekaten Kota Solo juga bisa menikmati dan membeli jajanan khas dan sudah pasti ada dari zaman dahulu yaitu endhog kamal (telur asin), kinang, dan nasi liwet, dan kuliner  modern lainnya.

Banyak sampah yang tidak dibuang pada tempatnya. (Wasis Solopos/Radin Arundati Rasendriya Priartono)

Namun, dengan adanya momentum ini, sangat disayangkan bahwa masyarakat yang berkunjung masih kurang peka terhadap kebersihan lingkungan, banyak sampah yang tidak dibuang pada tempatnya.  Berharap momentum setahun sekali ini, bisa  memberikan dampak positif dan kenyamanan. Ke depannya, baik dari penyelenggara dan pengunjung untuk bisa saling mengingatkan menjaga kebersihan lingkungan sekitar karena pada ajaran islam, kebersihan sebagian dari iman.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya